Sabtu, 20 September 2008

CINTA = CINCIN YANG DIMINTA?

Oleh: GI. Dedy Sutendi Ginta

Dalam sebuah seminar untuk remaja, saya bertanya kepada remaja yang hadir saat itu: "Apa itu Cinta?" Seorang remaja nyeletuk dengan kerasnya: "Cincin yang diminta!" Wah, kalau cinta hanya diukur dalam sebuah cincin, saya pikir, betapa batasan cinta begitu sempitnya, hanya dibatasi oleh materi. Tapi mungkin kalau bicara simbol pernikahan, jawaban remaja tadi, saya pikir ada benarnya. Cinta itu bukan sekedar perasaan, tapi menyangkut komitmen, yang pada akhirnya membawa pada sebuah pernikahan. Dan bukankah pada saat pernikahan, simbol komitmen dan kesetiaan dilambangkan dengan cincin, yang terbuat dari emas, lambang kesetiaan yang tak pernah luntur.

Apa itu Cinta?

Betapa sulitnya mendefinisikan cinta. Namun dari sekian banyak definisi cinta yang paling saya sukai adalah definisi yang diberikan oleh Dr. Scott Peck, "Cinta adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain." Menurut Scott Peck, dalam pengalaman konselingnya dengan para kliennya, cinta itu terkadang membingungkan orang-orang yang ia tangani (kliennya). Sebagai contoh, ada seorang remaja SMU yang sangat ketakutan berkata, "Ibu saya sangat mencintai saya. Dia tidak akan mengizinkan saya pergi ke sekolah naik bus sendiri. Ibu saya sangat ketakutan, kalau terjadi kecelakaan dalam perjalanan ke sekolah. Oleh karena itu, ia mengantar jemput saya ke sekolah setiap hari. Hal ini sangat berat baginya, tetapi jujur, berat juga buat saya!" Tentu dari cerita itu, perasaan cinta di sini lebih ke arah kasih ibu terhadap anaknya, tetapi kasih yang sedemikian menghambat pertumbuhan dan perkembangan kedewasaan si anak. Remaja yang sudah SMU itu diperlakukan bagaikan anak kecil. Perhatian sang ibu justru ditafsirkan sebagai "ancaman" untuk si anak, karena ia sangat takut ditertawakan oleh teman-temannya, ketika sang mami menuntunnya ke sekolah.

Cinta yang sejati selalu membawa pertumbuhan. Bukan bersifat posesif yang obsesif (keinginan memiliki dilandasi motivasi yang salah, yaitu hanya untuk menyenangkan diri sendiri). Yang dimaksud dengan pertumbuhan, yaitu: Cinta itu membawa kebaikan bagi seorang yang sedang mencintai dan bagi seorang yang dicintai. Tidak membuat seseorang tertekan, dipaksa untuk mencintai, atau mengorbankan sesuatu secara salah dengan alasan cinta.

Banyak orang, khususnya remaja, salah mengartikan cinta dengan jatuh cinta. Ada seorang remaja pria berkata, "Saya jatuh cinta pada cewek itu!" Dan sebaliknya ada seorang remaja wanita berkata, "Saya jatuh cinta pada cowok itu!" Namun sayangnya, pengalaman jatuh cinta itu hanya sementara, dengan siapapun seseorang jatuh cinta, cepat atau lambat, perasaan itu akan hilang dalam suatu kurun waktu tertentu. Ini bukan berarti kita semua akan berhenti mencintai orang yang pernah kita cintai. Maksudnya adalah perasaan mencintai yang luar biasa menyenangkan itu, yang menjadi ciri utama pengalaman jatuh cinta selalu akan berlalu. Dari penjelasan ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa cinta yang sejati bukanlah perasaan meluap-luap yang menguap, atau hanya diukur dalam waktu yang singkat, tetapi cinta itu membutuhkan suatu proses. Cinta tak bisa diuji dalam keterburu-buruan, cinta membutuhkan pengenalan dan pengalaman yang panjang. Benarlah yang dikatakan oleh Katherine Anne Porter, "Cinta harus dipelajari, dan terus-menerus dipelajari kembali; tak ada kata akhir untuk itu!" Dan apa yang dikatakan oleh Dr. Les Parrott III dan Dr. Leslie Parrott pantas untuk disimak, "Cinta adalah suatu campuran yang aneh dari hal-hal yang bertentangan. Di dalam cinta terkandung kasih sayang dan kemarahan, kegairahan dan kebosanan, kestabilan dan perubahan, pembatasan dan kebebasan. Paradoks cinta yang paling mendasar adalah bahwa dua menjadi satu, namun tetap dua!"

Cinta adalah bagaikan sebuah pertandingan tenis; Anda tidak akan pernah menang terus- menerus sebelum Anda belajar untuk melakukan pukulan awal dengan baik

Dan P. Herod

Menemukan Kata "Cinta" dalam Kamus Allah

Dalam pengertian cinta yang paling kaya, saya pikir adalah dalam Alkitab sendiri. Rasul Paulus telah memberikan definisi cinta yang jelas dan aplikatif, jauh sebelum para psikolog, penulis, menuliskannya. Dalam 1 Korintus 13: 4-8 (izinkan saya mengutip dalam New Living Translation Bible) diungkapkan:

Love is patient and kind. Love is not jealous or boastful or proud or rude. Love does not demand its own way. Love is not irritable, and it keeps no record of when it has been wronged. It is never glad about injustice but rejoices whenever the truth wins out. Love never gives up, never loses faith, is always hopeful, and endures through every circumstance.

Lima Gaya Berpacaran Yang Mendistorsi Cinta.

Seorang remaja SMP bertanya, "Bolehkah saya pacaran?" Para orang tua tentunya beralasan melarang anaknya berpacaran terlalu dini. Apalagi setelah menyaksikan tayangan sinetron remaja "Pernikahan Dini," membuat para orang tua semakin ketakutan jika anaknya terlalu cepat berpacaran. Marilah kita melihat berbagai alasan mengapa para remaja perlu menghindari premature dating:

  1. Berpacaran yang terlalu cepat cenderung menghilangkan masa-masa manis dalam persahabatan. Masa remaja adalah masa yang indah untuk menjalin persahabatan. Seringkali karena terlalu cepat menjalin hubungan khusus (pacaran) dengan seseorang, membuat hubungan tersebut menjadi sangat eksklusif. Pacaran telah membuat kehilangan banyak sahabat dan persahabatan. Tak jarang muncul motto "Dunia ini hanya milik kami berdua!"
  2. Berpacaran secara romantis sering mengartikan cinta hanya sentuhan fisik- "seperti yang kulihat di film-film atau cerita-cerita novel!" Karena terbiasa dibombardir dengan kisah kasih yang romantis, membuat cinta hanya dibayangi ilusi dan fantasi romantisme, namun tak berpijak pada realita cinta itu sendiri.
  3. Berpacaran yang tak sehat mengabaikan tanggung jawab untuk mempersiapkan masa depan _Karena orientasi bercinta hanya untuk saat ini, tak pernah memikirkan masa depan. Motto yang sering tercuat adalah "Pokoknya bagaimana nanti!" tetapi tak pernah berpikir "nanti bagaimana?" Dalam kamus pacarannya, pokoknya bersenang-senang, bebas sampai di luar batas, dan sering kali risiko yang akan terjadi kemudian tak pernah dipikirkan.
  4. Berpacaran karena hanya "membandingkan dengan teman" menunjukkan ketakutan untuk hidup sendiri _"I am afraid to be alone!" Jenis pacaran seperti ini tidak didasarkan pada cinta yang sungguh-sungguh terhadap pasangannya, mencari pacar hanya sebagai "tameng" untuk tidak dikatakan "jomblo" (istilah remaja).
  5. Berpacaran yang semu hanyalah menciptakan hubungan yang nampak "manis di luar" Karena definisi cinta yang hanya berbau filmisme, novelisme, sinetronisme, maka tak heran jika cinta yang dinampakkan pun hanya penuh kedekatan tapi tanpa pengenalan, kebersamaan tanpa kedalaman, dan diakhiri dengan kejenuhan.

Lima Sikap Yang Mengubah Relationship dan Dating menjadi Sehat:

Setelah kita melihat hubungan yang tak sehat di atas, marilah sekarang kita memelihara cinta yang Allah berikan dengan relasi yang benar.

  1. Dalam setiap hubungan (relationship) adalah untuk mendemonstrasikan kasih Kristus.Dalam hubungan dan jenis persahabatan apapun, bahwa kita sedang mendemonstrasikan kasih Kristus. Kasih yang tak pernah "bertabrakan" dengan kekudusan dan kebenaran.
  2. Tahun-tahun di mana saya "belum menikah" adalah pemberian Tuhan. Nikmatilah masa-masa sendiri dengan tidak harus menyendiri. Masa sebelum pernikahan adalah masa di mana kita belajar banyak tentang apa arti cinta, dari Alkitab, buku, khotbah, teman, bahkan pengalamanmu berinteraksi dengan kehidupan.
  3. Keintiman/keakraban adalah hadiah sebuah komitmen _ silakan menikmatinya dalam pernikahan. Allah tak pernah menciptakan kita untuk membuat kita tak dapat menikmati kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan yang kita raih adalah harga dari sebuah komitmen, yang diikat dalam sebuah perjanjian kudus kepada Tuhan dan pasangan.
  4. "Saya hanya akan menikmati Seks dalam konteks pernikahan dan dengan seorang yang saya nikahi." Inilah "special gift" bagi orang yang menghargai cinta. Dunia berkata,"Love without Sex is nothing!" tetapi kita, anak Tuhan, berkata,"Sex without Love is Nothing!"

5. Saya akan menghindari hal-hal yang akan merusak kesucian diri saya selama berpacaran. Jika kita menghargai apa arti Cinta, dan mengasihi orang yang kita Cintai, serta mencintai diri kita sendiri, tentu kita tak akan merusak dan menghancurkan makna dan relasi cinta yang agung, tulus dan murni itu!

Cinta yang masih baru adalah bagaikan api; sungguh cantik, sungguh panas dan bergelora, namun tetap hanya sebuah cahaya yang berkelap kelip. Cinta dari hati yang lebih dewasa dan berdisiplin adalah bagaikan batu bara, membara, tidak terpadamkan.

Henry Ward Beecher

Read more!